Indramayuinfo.com – 2024 Indonesia akan pecah belah jika masih bermain-main dengan politik identitas. Kok bisa gitu? Jelas dong, kalau kita mau belajar masa lalu seperti Pilpres 2014, Pilkada DKI Jakarta 2017, dan Pilpres 2019.
Sudah terbukti bahwa menggunakan politik identitas untuk menyerang rival politik sudah terbukti melahirkan konflik horizontal di dalam keluarga dan masyarakat.
Masyarakat Indonesia harus retak hanya karena beda pilihan. Anak, istri, bapak, ibu, tetangga, sampai jenazah saja tidak ada yang mensolatkan. Bayangin!
Baca Juga:
- Lelah Terbelah
- Polarisasi Calon Presiden
- Indonesia Bersatu Tanpa Polarisasi
- Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) Pemersatu Bangsa
Banyak orang yang harus menerima kenyataan menyedihkan karena perpecahan politik ini. Parahnya lagi, saat kegiatan keagamaan mulai berbau politis.
Mimbar khotbah yang seharusnya memuat ajakan takwa dan pentingnya persatuan mulai dimanipulasi menjadi podium kampanye.
Akhirnya pesta demokrasi yang seharusnya berlangsung dengan suka cita seakan menjadi medan perang yang taruhannya bisa hidup dan mati seseorang atau minimal dikucilkan lingkungan.
Politik identitas ini telah menjadi jurang pembatas antara pemilih dengan akal sehatnya. Sehingga dalam setiap pemilihan calon pemimpin baru pertimbangan kualitas mulai diabaikan.
Objektivitas mulai dikaburkan yang tersisa hanyalah sentimen politik yang berujung pada aksi saling hujat dan membenci. Bukan lagi pesta demokrasi.
Kalau masih ada tokoh yang melakukan politik identitas pada pemilu 2024 nanti, apa mereka tidak malu ya pada masyarakat Indonesia?
Ini sudah saatnya kita berdedikasi untuk negeri dengan sumbangsih terbaik. Berkarya, dan bergerak untuk kemajuan bangsa.
Tidak ada lagi dendam, kebencian, perpecahan di tuang publik. Karena dengan bersatu kita telah memulai langkah maju lebih cepat.
Hal baik ini telah dimulai oleh Golkar, PAN, dan PPP di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang secara tegas menolak politik identitas dan polarisasi.
Nah, sudah saatnya politik identitas dimuseumkan sebagai bagian dari sejarah kelam bangsa kita dan sudah saatnya politik gagasan dijadikan sebagai masa depan.