Bambu Runcing M.A Sentot di Era Milenial

Bambu Runcing M.A Sentot di Era Milenial

Perjuangan melawan penjajah telah dibuktikan oleh pendahulu kita sebelum masa kemerdekaan. Mereka gigih berperang melawan penjajah Belanda hingga Jepang. Taktik gerilya hingga cara gerakan senyap saat berperang, menjadi strategi untuk merebut kedaulatan negeri ini.

Darah yang mengucur dari pahlawan bangsa, kerugian materil dan inmateril saat memperjuangkan kedaulatan negeri, sudah tidak ternilai harganya. Namun, ketulusan dalam berjuang terbayar sudah saat bangsa ini telah meraih cita-cita bersama yakni kemerdekaan. Cita-cita luhur yang telah diamanatkan oleh pendiri bangsa ini.

Ketika Ir.Soekarno dan Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, saat itu pula Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan negara yang merdeka.

Di Kabupaten Indramayu, peperangan melawan penjajah Belanda juga tidak terlepas dari sosok Pahlawan Indramayu yakni M.A Sentot.

Baca Juga :

M.A Sentot merupakan putra daerah yang lahir di Blok Lapangan Bola Desa Plumbon Indramayu pada 17 Agustus 1925. M.A Sentot merupakan anak keempat dari pasangan H. Abdul Kahar dan Hj. Fatimah.

Sosoknya yang berani, sudah terlihat sejak menginjak remaja. M.A. Sentot sudah terlihat memiliki jiwa nasionalisme.

Saat perjuangan kemerdekaan, M.A Sentot memimpin pasukan di berbagai daerah seperti Desa Lohbener, Larangan, Cikedung, Jambak, Penganjang, Bugel dan Bongas.

Dalam berbagai penghadangan dan penyerangan di bumi Wiralodra Indramayu, M.A Sentot dan pasukannya banyak menimbulkan banyak kerugian bagi tentara Belanda. Bahkan, banyak melukai serta menewaskan Tentara Belanda.

Namanya dicatat, sebagai pejuang yang gigih mengusir penjajah apalagi saat berperang di daerah dekat jembatan Cimanuk Indramayu yang sekarang terdapat tugu nol Km.

Dengan senjata bambu runcing, pasukan M.A Sentot mampu merepotkan Belanda untuk berkuasa di wilayah Indramayu.

Kini di zaman milenial, perjuangan para pahlawan bangsa termasuk pahlawan Indramayu, M.A Sentot untuk menjaga kedaulatan bangsa harus tetap dipertahankan. Menjadi tanggung jawab generasi muda untuk bisa mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negeri ini.

Pemuda Indonesia, harus mampu mempertahankan kedaulatan bangsa dari rongrongan bangsa asing dalam bentuk apapun. Tantangan di era milenial saat ini, terutama arus informasi yang begitu cepat, menjadi masalah krusial yang saat ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi bangsa ini.

Informasi yang cepat menyebar secara masif melalui media sosial, dikhawatirkan akan menjadi anti klimaks bagi kedaulatan bangsa.

Perpecahan bangsa hingga ancaman separatif di Papua baru-baru ini, ternyata berawal dari informasi berita bohong atau hoax. Masifnya berita hoax yang digulirkan secara terus menerus, berdampak pada perpecahan bangsa.

Ancaman separatis di Papua juga sempat mengemuka kembali, setelah berita hoax terus menerus dikonsumsi masyarakat Papua. Berita hoax yang terus menerus diciptakan, seolah menjadi berita benar yang penuh dengan data dan fakta.

Efek lain dari berita hoax di Papua adalah ratusan rumah warga, sarana infrastruktur milik pemerintah dibakar. Fasilitas ekonomi hancur akibat adu domba dari berita hoax yang menyebar. Negara merugi ratusan miliar akibat insiden di Papua.

Saat situasi di Papua memanas, Kominfo menemukan lebih dari 230 url tentang Papua yang memviralkan hoak di dunia maya. Kominfo pun melakukan upaya pemblokiran. Upaya ini dinilai Pemerintah RI sesuai dengan Undang-Undang (UU) Informatika dan Transaksi Elektronik (ITE) yang mengacu pada Undang-Undang Dasar (UUD) yang menghormati hak asasi manusia sesuai pasal 28 J.

Sementara itu seperti dikutip CNBC International, perusahaan media sosial, Facebook baru-baru ini, melaporkan telah menghapus 3,2 miliar akun Facebook karena mengandung konten berbahaya seperti hoaks dan penyebar ujaran kebencian. Penghapusan akun ini dilakukan pada April hingga September 2019.

Aksi penghapusan akun ini merupakan yang terbanyak dilakukan Facebook. Pada periode yang sama tahun lalu Facebook menghapus 1,5 miliar akun. Facebook juga menyatakan telah menghapus 11,4 juta konten berisi ujaran kbencian.

Dalam laporan terbaru ini, Facebook juga memasukkan aksi penghapusan akun Instagram dengan menghapus 1,2 juta akun. Kebanyakan penghapusan ini dikarena akun mengandung pornografi anak dan eksploitasi seksual.

Facebook juga memasukkan kata bunuh diri dan menciderai diri sendiri sebagai kategori konten berbahaya. Facebook menyatakan telah menghapus 1,6 juta konten tentang bunuh diri di Instagram. Aksi penghapusan kontan dan akun ini merupakan jawaban atas kritik berbagai pihak soal Facebook dianggap tak responsif dalam menangkal penyebaran informasi salah (disinformation).

Menangkal berita hoax menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia saat ini. Perjuangan bangsa saat ini tidak lain adalah melawan arus disinformasi atau informasi yang salah yang kerap menjadi awal perpecahan bangsa.

Pasalnya, akibat berita bohong atau hoax yang menyebar secara cepat di media sosial, disintegrasi bangsa menjadi taruhannya.

Jika tidak mampu menahan gelombang berita hoax yang cepat bergulir dan masuk ke ruang-ruang publik, maka ancaman perpecahan telah ada di depan mata.

Ancaman hoax pada era milenial ini, sama berbahayanya dengan serangan pasukan Belanda saat masa penjajahan dahulu, kala MA Sentot masih berjuang dengan menggunakan bambu runcing dan senjata ala kadarnya.

Hoax Harus Menjadi Musuh Bersama Bagi Generasi Muda Bangsa Indonesia.

Menangkal hoax butuh komitmen bersama, baik pemuda, pemerintah dan stakholder yang ada. Mari bersama-sama untuk menangkal hoax, jangan mudah percaya terhadap informasi yang belum tentu kebenarannya.

Membiasakan diri membaca buku yang bisa dipertanggungjawabkan, membaca materi internet yang bertanggung jawab, menonton informasi atau materi yang menambah pengetahuan, menjadi salah satu cara untuk menangkal hoax di sekitar kita.

Tips lain untuk menangkal hoax adalah tidak mudah percaya dengan informasi  yang diterima.Kita harus selalu cari mencari informasi pembanding, untuk memastikan apakah informasi atau berita itu benar ataukah hoax.

Cara lain agar kita bisa menghindari sebaran hoax adalah membuat aktivitas yang bermanfaat seperti diskusi dan melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan yang bermanfaat.

Mari jadikan dan manfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi yang baik dan informatif.

Mulai saat ini, kita harus menanamkan pada diri kita, bahwa kita menjadi generasi muda anti hoax dan menolak tindakan-tindakan yang kontraproduktif yang merugikan keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara.

Jika M.A Sentot berjuang melawan Belanda dengan menggunakan bambu runcing, kini di era milenial, generesi muda  berperang melawan hoax. Gunakan akal sehat sebagai alat atau senjata untuk memerangi hoax sebagaimana M.A Sentot menggunakan bambu runcing untuk mengusir Belanda dari bumi Wiralodra.

Memanfaatkan senjata media sosial untuk  menebar kebaikan dan menjaga keutuhan bangsa. Jadikan media sosial sebagai media untuk hal-hal yang produktif seperti ekonomi kreatif di pasar digital saat ini.

Media sosial dimanfaatkan untuk memasarkan produk, meningkatkan popularitas produk hingga menjaga hubungan yang baik dengan relasi.

Berjuang untuk memerangi hoax, lebih teliti dan cerdas dalam bermedia sosial menjadi karakter pejuang pemuda di era digital saat ini. Maju Pemuda Indonesia tanpa Hoax….!!!

Penulis : Tomi Indra Priyanto