1. Hubungan umur dengan tingkat Pengetahuan Warga Masyarakat tentang Mitigasi
Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi koefisien kontigensin di dapatkan hasil p=0.001, Hal ini berarti umur memiliki hubungan terhadap tingkat pendidikan dengan nilai r=0.605 yang berarti memiliki kekuatan korelasi kuat. Rata rata umur warga adalah mereka yang masih dalam usia produktif yaitu 26-35 tahun dan memiliki usia yang paling berperan dan memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Sehingga, pada usia ini memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh pangesti (2012), bahwa pada usia produktif merupakan usia yang paling berperan Penelitian lain yang dilakukan oleh Firmansyah (2014), menggunakan 92 responden yang diambil di wilayah rawan bencana didapatkan hasil bahwa usia responden dalam rentang 20-45 tahun memiliki tingkat pengetahuan paling baik tentang mitigasi bencana.
Hal ini juga sejalan dengan Indiantoro (2009), bahwa umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini juga berpengaruh terhadap kognitif seseorang.
Kemudian, dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.Usia seseorang juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.
Pada usia 20-35 tahun, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, mereka akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
2. Hubungan Jenis Kelamin denganTingkat Pengetahuan Warga Masyarakat tentang Mitigasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor dengan nilai p=0.787. Perbedaan jenis kelamin mungkin membentuk persepsi yang berbeda sehingga mempengaruhi sikap dan pengetahuan yang berbeda juga antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini memang menjadi perdebatan apakah laki-laki dan perempuan berbeda dalam bagaimana jalan mereka membuat keputusan etis dan kognitif. Pendekatan sosial jenis kelamin dan literature dari Gillgan (1982) dalam Carter (2011), laki-laki dan perempuan mengevaluasi dilema etis secara berbeda. B
erdasarkan pendekatan tersebut, pria lebih cenderung untuk melakukan perilaku kurang etis sebab mereka akan fokus pada kesuksesan secara kompetitif dan cenderung mengabaikan aturan demi kesuksesan. Hal ini tidak berbanding lurus dengan kemampuan kognitif seseorang. Sedangkan, perempuan lebih berorientasi pada tugas dan kurang kompetitif.
Beberapa literatur juga belum ada yang menjelaskan bahwa laki-laki atau perempuan memiliki tingkat pengetahuan atau secara kognitif yang berbeda. Realita yang ada, perempuan memang lebih rajin, tekun dan teliti ketika diberi tugas atau mengerjakan sesuatu, tetapi hal ini tidak menjelaskan dan menunjukkan bahwa dengan sikap seperti itu maka perempuan memiliki tingkat pengetahuan atau kognitif lebih baik.
3. Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Warga Masyarakat tentang Mitigasi
Hasil uji bivariat menggunakan uji koefisien kontingensi didapatkan nilai p=0.008, yang berarti bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor. Data pendidikan yang didapatkan pada penelitian ini sebagian besar sudah menempuh jalur Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 45.8% dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 8,4%, jika diakumulasikan menjadi 54.2%.
Mereka yang pernah menempuh jenjang pendidikan dengan level lebih tinggi memiliki pengalaman dan wawasan lebih luas, yang akan berdampak kepada kognitif seseorang.Menurut Carter (2011), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki, dalam hal ini khususnya pengetahuan tentang mitigasi bencana alam.
Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas akan berdampak pada kognitifnya.Pendidikan merupakan faktor yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi seseorangtentang kognitif. Seseorang yang berpendidikan tinggi juga memiliki penalaran yang tinggi pula.
Menurut Eberhardt et al (2007), melakukan penelitian terhadap 74 responden dengan latarbelakang pendidikan yang berbeda dan dihubungkan dengan tingkat pengetahuan. Hasilnya adalah mereka yang memiliki pendidikan dengan level lebih tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang lebih luas dan pengalaman yang banyak. Hal ini juga berpengaruh terhadap kemampuan kognitif seseorang.
4. Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Pengetahuan Warga Masyarakat tentang Mitigasi
Pekerjaan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana . Petani merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak ada di Desa Sampang Kecamatan Sempor, hal ini sesuai dengan lokasi wilayah dimana terdapat banyak sawah. Selain petani, pekerjaan warga Desa Sampang adalah pedagang, dan sebagian lagi wiraswastas serta tidak bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Pangesti (2012), menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan pengelaman seseorang. Penjelasan mengapa pekerjaan berpengaruh terhadap seseorang adalah ketika pekerjaan tersebut lebih sering menggunakan otak daripada menggunakan otot.
Kinerja dan kemampuan otak seseorang dalam menyimpan (daya ingat) bertambah atau meningkat ketika sering digunakan, hal ini berbanding lurus ketika pekerjaan seseorang lebih banyak menggunakan otak daripada otot. Penjelasan lain yang mendukung adalah kemampuan otak atau kognitif seseorang akan bertambah ketika sering digunakan untuk beraktifitas dan mengerjakan sesuatu dalam bentuk teka-teki atau penalaran.
Adapun realita yang ada untuk variabel pekerjaan warga masyarakat Desa Sampang yang paling banyak adalah petani. Jika melihat kuantitas atau jumlah responden sama antara pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang dimiliki. Hal ini yang membuat hubungan dan hasil secara statistik bahwa pekerjaan memiliki pengaruh terhadap tingkat pengetahuan.
Selain itu, beberapa penyuluhan yang pernah didapatkan oleh warga Desa Sampang yang diberikan oleh mahasiswa, tenaga kesehatan dan pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) lebih sering diikuti oleh warga yang memiliki pekerjaan petani. Hal ini dibuktikan dari pernyataan beberapa perangkat desa ketika kegiatan penyuluhan itu berlangsung.
Faktor paling dominan yang mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Warga Masyarakat tentang Mitigasi Hasil uji statistik multivariat menggunakan uji regresi logistik didapatkan bahwa variabel independen yaitu umur yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana.
Nilai probabilitas tingkat pengetahuan warga masyarakat tentang mitigasi bencana alam tanah longsor dapat diketahui dengan menggunakan persamaan diatas. Seseorang dengan usia 26-35 tahun, maka kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 74,8%. Sedangkan, seseorang dengan usia kurang dari 26 tahun dan lebih dari 35 tahun kemungkinan memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 35,2%.
Beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa usia seseorang pada masa produktif memiliki tingkat pengetahuan atau kognitif yang paling baik. Selain itu, pada usia tersebut juga seseorang memiliki pengalaman dan kemampuan yang luas untuk beraktifitas yang tentunya akan menunjang pengetahuannya dalam segala hal.
Hasil penelitian juga didapatkan jumlah warga masyarakat Desa Sampang pada saat ini lebih banyak yang usia produktif. Sehingga hal ini juga mempengaruhi hasil secara statistik. Usia seseorang mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.
Pada usia 20-35 tahun, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, mereka akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Hal ini juga sejalan dengan Indiantoro (2009), bahwa umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini juga berpengaruh terhadap kognitif seseorang. Kemudian, dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.
Ditulis Oleh: Muhammad Nur Rizki